Leadership is...

Leadership is learnership

It's all about constant growth and achieving more than expected;

It's searching for opportunities in everyday activities and learning through experience;

It's about building skills for today and tomorrow.

(John F. Kennedy's undelivered speech as quoted by DDI's Achieving Your Leadership Potential Workbook)

Inbox

Sunday, August 12, 2007

Senyum, Investasi Kehidupan

SENYUM SEBAGAI INVESTASI KEHIDUPAN
Oleh: Ahmad Mukhlis Yusuf [1]


“Di saat merasa paling tidak bahagia, percayalah bahwa ada sesuatu yang harus Anda lakukan di dunia. Sejauh Anda dapat membuat penderitaan orang lain menjadi lebih manis, hidup tidaklah sia-sia” (Hellen keller).


Hidup ini teramat indah. Indah bagi mereka yang dapat memaknai hidup sebagai kesempatan untuk “berbisnis” dengan Sang Pencipta untuk mendapatkan “return” baik dalam kehidupan di dunia maupun di kehidupan selanjutnya, di akhirat kelak. Praktek “berbisnis” dengan Alloh SWT dapat berbentuk kenikmatan dalam menjalani semua kewajiban-kewajiban ilahiah secara ritual, maupun dalam kehidupan bermuamalah atau sosial. Sebagaimana telah kita yakini, kenikmatan menjalankan ibadah ritual dan sosial memiliki dimensi yang amat luas dalam aktifitas hidup kita sehari-hari, yang melekat pada setiap tarikan nafas, denyut nadi, dan semua perbuatan kita. “Everything is count”, kata para pebisnis sekarang.

Alloh yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang telah mengatur semua sumberdaya yang dibutuhkan kita sebagai manusia; hamba-Nya; untuk melakukan segala sesuatu yang terbaik bagi masa depan kita sendiri. Semua aktifitas kehidupan sejatinya kita yakini merupakan investasi untuk kehidupan ini dan kehidupan selanjutnya, yang pastinya abadi. Pertanyaan selanjutnya yang harus kita jawab adalah investasi apa saja yang telah dan akan kita pilih untuk mempersiapkan masa depan kita tersebut, padahal kita tidak pernah tahu sampai kapan kesempatan hidup ini kita nikmati. Sebagai seorang muslim, saya meyakini ajaran Islam yang menyatakan bahwa kelahiran, jodoh dan kematian adalah rahasia Illahi.

Bila kita yakini semua yang kita lakukan sebagai investasi, maka kehidupan yang sedang kita jalani ini benar-benar merupakan momentum untuk memilih, dimana setiap pilihan memiliki implikasi masing-masing, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pilihan-pilihan yang cerdas, sejalan dengan panggilan ruhani kita, akan menuai kebahagiaan di kemudian hari, demikian sebaliknya.

Senyum, adalah aktifitas yang mungkin selama ini dianggap kecil, padahal ia merupakan aktifitas sederhana yang berimplikasi pada “return” jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek, senyum menciptkan berbagai kebahagian baik buat diri maupun orang lain di dunia, menuai persahabatan, mengobati hati yang sedang gundah, maupun membangkitkan keyakinan bahwa selalu ada harapan di tengah setiap musibah apapun. Senyum yang tulus adalah ungkapan hati. Demikian juga, dalam jangka panjang, senyum menjadi amalan yang dapat mengantarkan kita pada kehidupan yang lebih baik, kehidupan yang tak akan ada akhirnya, Insya Alloh kehidupan di akhirat kelak.

Penulis buku Senyum, Supardi Lee, yang selalu memelihara senyumnya, saya kenal sejak ia menjalani hari-hari sebagai aktifis mahasiswa di IPB. Supardi yang tidak kenal lelah, selalu berusaha berbuat baik untuk orang lain. Dengan senyumnya yang tulus, Supardi telah banyak menuai persahabatan-persahabatan yang amat bernilai, mengantarkannnya pada berbagai aktifitas hidup yang bernilai saat ini.

Tulisan-tulisan dalam buku tersebut adalah kisah-kisah universal, yang dapat dibaca dan menjadi bahan renungan bagi siapapun. Membaca berbagai kisah dalam buku ini telah membuktikan bahwa setiap perbuatan yang berasal dari keyakinan (beliefs) yang kuat, akan menuai sesuatu yang bernilai, baik bagi diri kita maupun orang lain. Dengan kata lain, senyum yang diyakini sebagai aktifitas ibadah akan mengantarkan kita pada nilai-nilai kehidupan yang amat mempesona. Ada pepatah bijak menyatakan bahwa “hidup adalah perjalanan panjang menuju satu titik tujuan yang dimulai dengan langkah kecil”.

Senyum adalah langkah kecil yang bernilai besar. Senyumlah sebagai tanda syukur untuk nikmat dan karunia yang tak terhitung; yang telah Alloh berikan kepada kita. Sebaliknya, senyumlah untuk ujian atau musibah yang sedang kita terima, karena keduanya hanyalah bentuk yang berbeda dari tanda sayang Alloh kepada kita. Tidak mungkin naik kelas, bila kita tidak pernah mengalami ujian-ujian kehidupan. Subhanallah.


Bandung, 31 Juli 2007

[1] Praktisi manajemen, Program Director MM in Business Management BINUS Business School dan Konsultan Senior pada Strategy Consulting (http://www.strategy.co.id/). Tulisan ini merupakan pengantar buku Senyum, karya Supardi Lee.

1 comment:

Unknown said...

Setuju! senyum bisa menjadi investasi sosial, namun senyum yang semata-mata diniatkan sebagai investasi memiliki resiko rugi seperti halnya investasi lainnya. Mengapa? karena tidak semua senyuman yang ditujukan ke semua orang pada semua waktu dan semua tempat dapat berimplikasi positif dalam hubungan antar manusia.
Menurut saya, alangkah indahnya jika senyum semata-mata diniatkan sebagai ibadah kepada Allah, Sang Pencipta. Adapun "ibadah senyum" itu membawa kebaikan bagi kita di kemudian hari dalam konteks hubungan sosial, memang itu salah satu hikmah yang dijanjikan Nya, akan tetapi, bila senyum itu tidak secara langsung memberikan manfaat di dunia, yakinlah kita bahwa di akhirat kelak Allah akan membalasnya dengan pahala yang setimpal.
Jadi, saya usul, senyumlah kita kepada orang semata-mata diniatkan sebagai ibadah. Lupakan bahwa kita sedang melakukan investasi, senyum yang keluar ikhlas karena Allah adalah senyum yang terindah yang dapat kita buat.

Terimakasih Mr.EMYE, anda telah memberi inspirasi bagi saya hari ini.