Leadership is...

Leadership is learnership

It's all about constant growth and achieving more than expected;

It's searching for opportunities in everyday activities and learning through experience;

It's about building skills for today and tomorrow.

(John F. Kennedy's undelivered speech as quoted by DDI's Achieving Your Leadership Potential Workbook)

Inbox

Monday, June 11, 2007

Belajar Dari Guru Manajemen Abad Ini - Peter Drucker

MENGENANG DRUCKER, GURU MANAJEMEN ABAD INI
Oleh: Ahmad Emye

“Efisiensi adalah mengerjakan sesuatu dengan benar, Efektifitas adalah mengerjakan sesuatu yang benar” (Peter Drucker)

Kutipan tersebut merupakan kalimat yang paling provokatif dalam praktek manajemen beberapa dekade terakhir. Ia telah menjadi mantra para pemimpin baik dalam dunia bisnis maupun pemerintahan. Menjadi pemimpin yang efisien berarti ia memiliki kemampuan untuk mengerjakan semua hal dengan benar melalu proses alokasi sumberdaya organisasi, sedangkan menjadi pemimpin yang efektif berarti ia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan mengerjakan hal-hal yang tepat bagi kepentingan organisasi. Dua prinsip manajemen ini, efektif dan efisien, telah banyak menginspirasi para pemimpin bisnis dan organisasi publik dalam merumuskan dan melakukan berbagai kebijakan organisasinya. Ini hanya sebuah contoh betapa pemikiran Peter Drucker telah menjadi pelajaran berharga banyak pemimpin bisnis, dari mulai Ford tahun 1930an, Jack Welch (GE) tahun 1970an sampai A.G. Lafley (P & G) tahun 1990an, maupun para pemimpin pemerintahan, seperti Margareth Thatcher, eksekutif Bank Dunia, dan para pemimpin dunia lainnya. Tak terhitung ratusan perusahaan Fortune-500 dan para eksekutif di dunia yang disebut oleh Collins and Porras dalam bukunya Built to Last (1993) sebagai perusahaan visionary companies telah merasakan buah dari pendampingan Drucker dalam melakukan change management.

Drucker lebih dari sekedar meninggalkan reputasi sebagai pemikir, namun juga tips-tips yang filosofis dan praktis namun berdimensi strategis yang teruji dapat dieksekusi dalam meningkatkan efektifitas organisasinya, yakni memperoleh laba dan pertumbuhan bisnis bagi perusahaan atau meningkatkan efektifitas pelayanan bagi organisasi publik dan pemerintahan. Pentingya sebuah strategi agar dapat dilaksanakan berulang-ulang dinyatakan oleh Drucker, seperti ia nyatakan; “perencanaan yang baik hanyalah maksud baik, sampai ia secara efektif dapat dilaksanakan dengan sumberdaya yang tepat”, atau pada bagian lain Drucker menyatakan; “esensi dari manajemen adalah memastikan pengetahuan agar produktif. Pengetahuan eksis hanya jika dapat diaplikasikan”.

Drucker sangat percaya, sebagaimana kemudian teruji dalam aplikasi pemikiran-pemikirannya di dalam praktek bisnis, bahwa era kedepan adalah era pengetahuan. Pengetahuan tidak semata-mata sistem dan prosedur di dalam perusahaan atau organisasi publik, atau hanya sekumpulan ingatan kognitif seseorang, namun juga merupakan sekumpulan pengetahuan eksplisit dan implisit yang dibangun melalui proses pembelajaran perusahaan yang terus-menerus melalui koreksi atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan maupun proses yang adaptif terhadap perubahan lingkungan. Drucker tidak percaya pada keberlimpahan informasi dapat menjadi keunggulan kompetitif dalam jangka panjang, kecuali bila informasi dapat diproses menjadi pengetahuan yang diaplikasikan bagi pengambilan keputusan manajemen. Pemikiran ini sangat relevan pada era keterbukaan dan hadirnya information and communication technology (ICT) , informasi yang berlimpah akan menjadi sia-sia bila kita tidak dapat memanfaatkannya bagi keputusan bisnis atau organisasi.

Wafatnya Drucker pada tahun 2005 telah meninggalkan banyak warisan pemikiran yang berharga. Pemikiran-pemikiran tersebut di-refresh oleh Drucker melalui wawancara ekploratif berbulan-bulan dengan Elizabeth Haas Edersheim, seorang konsultan McKinsey & Co, dan dituangkan dalam buku terbaru The Definitive Drucker (2007). Buku tersebut tidak bercerita tentang riwayat hidup Drucker, melainkan pemikiran-pemikiran Drucker yang telah banyak bertebaran pada 39 buku yang dihasilkannya, testimonial pemikiran-pemikiran tersebut pada banyak perusahaan berkelas dunia, maupun pada berbagai perubahan di dunia yang telah diprediksi sebelumnya.

Drucker juga memiliki pandangan yang amat jelas soal hubungan antara praktek bisnis yang baik dengan tumbuhnya demokrasi. Bisnis yang dikelola dengan baik akan mendorong proses demokratisasi, sebagaimana ia nyatakan; “bisnis bukan semata-mata untuk bisnis, bisnis sesungguhnya mesin ekonomi untuk terwujudnya demokrasi”. Akutualiasi kebebasan dalam berinovasi di dalam bisnis akan mendorong setiap orang memiliki perannya di dalam masyarakat secara proporsional, karena tidak ada pemasungan atas kreatif setiap orang. Drucker selalu memprovokasi para pemimpin, kita semua adalah pemilik masa depan, sebagaimana ia selalu nyatakan; “cara terbaik untuk memprediksi masa depan adalah dengan menciptakannya”.

Melalui The Definitive Drucker, Drucker bertutur kembali berbagai pemikiran-pemikirannya yang telah teruji menggerakkan banyak perusahaan-perusahaan besar di dunia untuk melakukan perubahan dengan cara menciptakan masa depannya masing-masing. Agar terus relevan dalam konteks esok dan masa depan, perusahaan hendaknya melakukan berbagai hal diantarnya; (i) berhubungan selalu dengan pelanggan; (ii) melakukan inovasi dan meninggalkan masa lalu; (iii) membangun kolaborasi yang tahan lama; (iv) menarik dan menumbuhkan pekerja berpengetahuan; dan (v) memperkuat pengambilan keputusan yang berdisiplin. Kelima intisari tersebut tertuang kedalam berbagai filosofi Drucker tentang uang (money), manajemen (management), pengetahuan (knowledge), individual, dan berbagai kutipan-kutipan yang banyak teruji menjadi mantra perubahan organisasi bisnis maupun organisasi publik yang ia saksikan hingga akhir hayatnya. Sebagai contoh, dalam konteks filosofinya tentang uang adalah; “uang mengikuti pengetahuan. Uang bukanlah masalah, karena masalah sesungguhnya adalah kepemimpinan dan arahan”. Esensi pernyataan tersebut luar biasa, sebagaimana teruji saat ini bagi banyak perusahaan yang menerapkan learning organization, mereka menikmati pertumbuhan usaha di tangan para pemimpin bisnis yang memiliki kepemimpinan kuat dan arahan yang jelas untuk mewujudkan visi kepemimpinanya, seperti Shell, Unilever, Holchim dan lain-lain. Pemikiran Drucker ini dibenarkan oleh seorang futurist, seperti Joel Arthur Barker yang menyatakan bahwa visi (vision) adalah mimpi (dream) dari seseorang atau sekumpulan orang yang disertai dengan tindakan-tindakan (actions). Di Indonesia, beberapa perusaaan yang telah menerapkan budaya pembelajaran seperti Astra International, Unilever Indonesia, dan Wijaya Karya teruji mampu mendongkrak kinerjanya secara terus-menerus.

Pentingya inovasi di dalam bisnis selalu mendapat perhatian Drucker. Selama lebih dari 70 tahun, Drucker telah menantang dan mendampingi para pemimpin bisnis untuk melakukan inovasi secara terus-menerus. Drucker selalu menyatakan inovasi memerlukan kedisiplinan, karena memerlukan persistensi. Keberhasilan HP, P&G, Merck, Johnson& Johnson, GE dan ratusan perusahaan lain yang didampinginya karena disiplin melakukan pembaharuan-pembaharuan produknya yang berorientasi pada pelanggan. Esensi bisnis adalah inovasi, sebagaimana selalu ia nyatakan; “jika anda tidak mengerti inovasi, anda tidak mengerti bisnis”. Inovasi adalah kebebasan untuk memanfaatkan kecerdasan yang kita miliki.

Sebagai catatan akhir tulisan ini, Drucker telah teruji banyak membebaskan pemikiran para pemimpin bisnis dan pemerintahan untuk memaksimalkan kemampuan mereka dalam membangun masa depan. Ini bukan soal kata-kata bertuah atau renungan omong kosong, karena mendiang Drucker telah membuktikannya, bagaimana dengan kita?
(Artikel ini dimuat di Business Week, Edisi Indonesia, 14 Mei 2007)

No comments: