KEARIFAN BERBISNIS DARI “KAMA SUTRA”
Oleh : Ahmad Emye
Melihat judul tulisan dan judul buku ini, sebagian dari kita mungkin membayangkan buku ini berisi perihal bagaimana tips bisnis untuk “menyenangkan” pelanggan atau mitra bisnis. Memang, judul Kama Sutra mengingatkan kita pada buku kontroversial Buku ini ternyata lebih dari itu. Pengarang buku ini menghadirkan kearifan yang diinspirasi oleh pemikiran-pemikiran klasik dari negeri yang diakui sebagai salah satu pusat peradaban dunia di masa lampau, India. Buku ini menghadirkan berbagai prinsip-prinsip manajemen yang amat relevan dalam kehidupan pribadi maupun bisnis saat ini. Nuri Vitachi, sang penulis mengajak pembaca untuk melakukan perjalanan menelusuri kekayaan pemikiran klasik, yang ia yakini menjadi salah satu sumber peradaban dunia pada era modern ini. Penulis menandaskan bahwa banyak karya-karya pemikiran lama pada awal-awal peradaban seperti sejarah Mesopotamia, Mesir kuno, Andalusia, China dan peradaban timur lainnya yang telah mengantarkan kita pada kehidupan modern, termasuk diantaranya pemikiran-pemikiran klasik India yang telah berusia lebih dari 5000 tahun.
Para praktisi bisnis selama ini mengenal sejumlah guru dalam strategi dan kepemimpinan seperti Sun Tzu, Niccolo Machiavelli, dan lain-lain. Dalam buku ini diuraikan sebagian karya-karya pemikiran klasik India dan tokoh-tokoh yang telah mewarnai peradaban hingga kini, diantaranya; Vishnugupta Chanakya (ahli strategi dan pengarang buku Arthashastra),Vatsyayana (seorang spiritualis dan pengarang Kama Sutra), Chandragupta, Meluhlan (sejarawan), Sidharta Gautama (tokoh spiritual yang banyak pengikut), dan berbagai kisah Bhagavat Gita serta Raja Ashoka Piyadassi yang dikenal dengan konsep implementasi kesejahteraan terhadap rakyat yang dipimpinnya. Dengan cara story telling yang mengalir bak novel, sang pengarang mengajak pembaca mengenal berbagai pemikiran klasik yang amat berpengaruh tersebut dan implikasinya terhadap inspirasi dan tips-tips manajemen dan bisnis praktis yang diuraikan oleh pengarang buku ini dengan indah dan nyata.
Kama Sutra, buku legendaris dan kontroversial yang ditulis oleh salah satu pemikir klasik yang bernama Vatsyayana; seorang pembelajar spiritual yang seumur hidupnya tidak menikah dan bahkan dikenal tidak memiliki pacar sekalipun, dipilih pengarang menjadi judul buku ini nampaknya ditujukan untuk menarik perhatian pembaca karena dampak kontroversialnya dan pernah menjadi buku yang “paling disalahpahami yang pernah ditulis dalam sejarah”. Sejak diterjemahkan pada tahun 1883 ke dalam bahasa Inggris dan menyusul dalam berbagai bahasa, buku ini telah menuai kontraversi dan dilarang untuk dibaca oleh anak-anak, meskipun ironis; banyak penentangnya sesungguhnya tidak pernah membaca buku tersebut. Boleh jadi, sesuai dengan esensi yang terdapat pada buku Kama Sutra, buku Nuri Vittachi ini juga bertujuan untuk mengajak pembaca untuk membangun keseimbangan hidup yang dibangun oleh nilai-nilai spiritualitas, material dan sensualiatas secara proporsional. “Kama” yang berarti kesenangan sensual, baru akan tercapai bila terbangun dalam keseimbangan dengan dengan materialitas yang ditopang oleh spiritualitas.
Pengarang Kama Sutra of Business ini membagi buku kedalam sembilan bab yang sistematis dimana masing-masing bab mengambil pelajaran-pelajaran dari para pemikir klasik diatas yang kadang-kadang merupakan kombinasi dari nilai-nilai yang dikembangkan dan dirangkai oleh penulis. Bagian buku tersebut terdiri atas; (i) Pengantar: Guru Pertama Yang Sesungguhnya; (ii) Konsultan Manajemen Pertama di Dunia (Chanakya); (iii) Bagaimana Agar Tak Dapat Dihentikan (Chanakya); (iv) Sumber Kesejahteraan (Meluhlan); (v) Di Dalam Kemenangan dan Kekalahan (Bhagavat Gita); (vi) Tujuan Bukanlah Sesuatu yang Anda Kira Sebelumnya (Sidharta Gautama); (vii) Kapasitas Untuk Merubah Dunia (Ashoka); (viii) Meraih Keseimbangan (Vatsayana), dan (ix) Perjalanan Selanjutnya Tulisan-tulisan Klasik.
Mari kita pelajari beberapa contoh kisah yang ditulis dalam Arthashastra yang ditulis oleh Chanakya, bagaimana ia mengatasi berbagai rintangan dalam menghadapi kekuasaan Raja Dhana Nanda yang sangat berkuasa. Di tengah keterbatasan, Chanakya membangun kepercayaan diri (confidence) dan daya tahan (determination) yang dibutuhkan oleh sang penantang, sebuah pola pikir yang benar (right mindset), dalam bahasa manajemen modern. Salah satu prinsip yang Canakya perkenalkan adalah: You already have the greatest secret weapon you could possible want. Pola pikir yang benar tersebut akan menjadi bahan baku paling penting dalam melakukan perubahan dan tindakan apapun sebagai efek bola salju. Siapa saja memiliki determinasi, kecerdasan, dan single-mindedness dan rasa lapar untruk maraih keberhasilan, selanjutnya faktor lain akan mengikuti. Raja Dhana Nanda memiliki pasukan dan armada yang kuat, dibentengi oleh istana yang tebal, namun sayangnya ia tidak fokus secara emosional dan terjebak dalam sikap mental sebagai penguasa yang percaya diri berlebihan. Raja Dhana Nanda tidak memiliki cukup determinasi dan kecerdasan, demikian pula ia tidak memeiliki kepampuan berfikir strategis. Sejarah mencatat kemenangan Chanakya dan pasukannya mengalahkan sang raja yang over confidence dan lack of focus.
Dari salah satu kisah tersebut, mengingatkan kita bahwa keterbatasan bukanlah hambatan kita untuk melakukan hal-hal yang besar dan strategis. Demikian juga keberlimpahan tidak lantas membuat kita kehilangan fokus dan terlalu percaya diri. Dalam konteks keterbatasan tersebut misalnya, Nuri Vittachi mengetuk kesadaran pembaca tentang kebiasaan kita yang diikat oleh keterbatasan. Seberapa sering kita bertanya; “bila saya hanya punya X, saya akan meraih Y”. Dengan kata lain, kita sering beranda-andai sesuatu yang tidak atau belum kita miliki. Sebagai ilustrasi singkat yang menarik yang diberikan Nury dalam buku ini terhadap pengalaman seorang trainer kebugaran. Ada dua cara yang dilakukan orang yang ingin memperoleh kebugaran, yang satu memilih dengan menunggu dan akhirnya membeli peralatan dan membaca katalog peralatan tersebut, yang lainnya dengan kel luar dari rumah dan mulai melakukan jogging, tanpa harus menunggu memiliki peralatan. Teruji yang memiliki determinasi dan berhasil adalah yang pilihan kedua. Banyak contoh-contoh dalam dunia bisnis yang sering kita lakukan yang mengabaikan apa yang bisa dilakukan saat ini, seperti; bila saya memiliki laptop yang lebih baik, maka saya akan bisa membuat website, bila saya sudah memiliki ruangan, meja, dan waktu khusus, maka saya dapat menulis buku, bila saya memiliki studio maka saya akan dapat menjadi seniman, dan lain-lain.
Pesan-pesan lain juga banyak diinpirasi oleh buku Arthashastra karya Chanakya ini yang amat relevan dengan kehidupan ini, seperti diantaranya prinsip: “to build anything great, you need a great team” (hal. 29). Ia menulis dalam bukunya “kepemimpinan hanyalah mungkin dengan bantuan”. Chanakya mengakui keterbatasannya, ia membutuhkan team dan orang-orang yang menjadi kekuatannya, selain sumberdaya yang memadai untuk melalui perjalanan atau pertarungan yang panjang. Ambisi Chanakya tidak menutup hatinya untuk mengajak banyak orang sebagai bagian yang meyakini visi yang ingin diraihnya. Chanakya, sebagaimana kita semua, membutuhkan anggota team dan Chanakya telah mengajari kita bagaimana memilih anggota tim yang kuat yang dapat bersama-sama ia meraih impiannya. Chanakya telah mempersiapkan mudrid-muridnya, terutama Chandragupta, yang juga belajar strategi dan kearifan melalui proses “coaching” bersama sang guru sebagai mentor.
Banyak pesan inspiratif lain dari Chanakya yang diolah oleh Nury, diantaranya; kritik adalah kawan sejati, mengalokasikan waktu dan usaha untuk memilih anggota tim adalah satu pekerjaan terpenting dari seorang pemimpin, untuk mengambil kendali dari suatu area anda membutuhkan peta dari area dimaksud, kelemahan pesaing anda adalah hadiah bagi tim anda, alat terpenting dari sisi anda adalah keyakinan akan posisi kebenaran di pihak anda, pemenang dari sebuah peperangan adalah peratarung yang paling adaptif. Semua pesan-pesan tersebut menunjukkan keluhuran dan kearifan kepemimpinan yang telah diajarkan oleh Chanakya, beberapa abad yang lalu, jauh sebelum John Maxwell, Kouzes dan Posner Anthony Robbins, Peter Drucker atau Stephen Covey hari ini. Tidak heran, menurut banyak sejarawan, buku Arthashastra merupakan buku konsultasi manajemen dan pemerintahan tertua. Saat ini, buku tersebut diterjemahkan kedalam judul The Science of Economics, The Handbook of Polity, setelah awalnya dikenali pada tahun 1904 di Perpustakaan Mysore, India.
Relevansi buku tersebut dalam era intellectual intelleginece (istilah yang dipepuplerkan Peter Drucker) amat tinggi bila kita lihat dari salah satu tips berikut: “Surround yourself with people older than you are. People with experience are invaluable intlllectual asset” (hal. 63) dan “Continue to educate yoursel in all branches of knowldege” (hal 66). Inilah pelajaran tentang “tacit knowldehe” yang tahun 1966 diperkenalkan Michael Polanyi, bahwa dalam era manajemen pengetahuan, kinerja organisasi akan banyak didorong oleh mereka yang tidak semata-samat mengeksplorasi dan eksploitasi pengetahuan eksplisit seperti manual, sistem dan prosedur, namun juga tacit knowledge. Inilah fondasi pengatahuan dari knowledge management yang saat ini relevan dalam konteks keunggulan kompetitif perusahaan dalam era teknologi informasi dan globalisasi. Banyak pelajaran yang khusus tentang kepemimpinan (hal 67 s/d 77) yang menunjukkan dasar-dasar kepemimpinan yang digerakkan oleh kekuatan hati dan pikiran, dan relevan dalam kehidupan kita sehari-hari maupun dalam mengatasi persaingan bisnis.
Mulai dari bagian keempat (hal. 79), penulis menguraikan pelajaran-pelajaran tentang sumber dan proses peningkatan kesejahteraan sebuah masyarakat yang ditopang oleh kemampuan inovasi; “trust your local neighborhood genius; true innovators are hard to come by” (hal. 92) dan jawaban terhadap tren globalisasi; “your team does not have to conquer the world by itself; it just has to produce a world-class business model that other people can do elsewhere” (hal. 94), yang dinspirasikan dari sejarah yang ditulis Meluhlan.
Dilanjutkan dengan makna kemenangan dan kekalahan yang diambil dari kisah Bhagavat Gita, perjalanan menemukan tujuan yang sesungguhnya dari perjalanan spiritual Sidharta Gautama, dan proses transformasi diri dari seorang yang membangun lintasan hidupnya dari jalan pedang menuju kesejahteraan masyarakat dari sejarah Raja Ashoka, sampai bagian akhir yang menguraikan bagaimana ujung pencarian Vatsayana yang mengajukan keseimbangan antara kesenangan sensual dan material yang ditopang oleh nilai-nilai spiritual. Ketiga titiik keseimbangan tersebut saling memperkuat dan menjadi satu dari esensi dari prinsip Kama Sutra, esensi keseimbangan yang banyak disalah pahami, hingga saat buku ini mulai kita baca.
Sebagai catatan akhir, buku ini berisi 80% tentang nilai-nilai kehidupan dan hubungan antar manusia yang melibatkan keyakinan (beliefs), hati dan pikiran. Sebuah referensi yang penting dibaca siapa saja yang membutuhkan referensi nilai-nilai universal atau sebagai perbandingan yang dapat memperkuat nilai-nilai yang selama ini dimiliki. Isi buku ini bersifat universal, karya kemanusiaan yang amat berarti untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan dalam kehidupan pribadi dan bisnis para pembaca, serta dan kemampuan kita dalam berhubungan dengan orang lain.
(Artikel ini dimuat di Kompas, 8 Mei 2007)
Leadership is...
Leadership is learnership
It's all about constant growth and achieving more than expected;
It's searching for opportunities in everyday activities and learning through experience;
It's about building skills for today and tomorrow.
(John F. Kennedy's undelivered speech as quoted by DDI's Achieving Your Leadership Potential Workbook)
It's all about constant growth and achieving more than expected;
It's searching for opportunities in everyday activities and learning through experience;
It's about building skills for today and tomorrow.
(John F. Kennedy's undelivered speech as quoted by DDI's Achieving Your Leadership Potential Workbook)
Inbox
Monday, June 11, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment